Gangguan Skizoafektif
Kesehatan - Kesehatan Mental

Gangguan Skizoafektif: Gejala, Penyebab, dan Penanganannya

0 0
Read Time:4 Minute, 19 Second

St-bellarminus.sch.id – Pelajari tentang gangguan skizoafektif, kondisi mental kompleks yang memadukan gejala skizofrenia dan gangguan suasana hati.

Pengantar

Gangguan skizoafektif atau Schizoaffective Disorder merupakan salah satu kondisi kesehatan mental yang kompleks karena menggabungkan gejala skizofrenia dengan gangguan suasana hati (mood disorder) seperti depresi atau mania. Penderitanya mengalami kesulitan dalam membedakan kenyataan dengan pikiran atau perasaan mereka sendiri, yang bisa berdampak besar pada kehidupan sosial, pekerjaan, dan keseharian.

Meski tidak sepopuler skizofrenia atau gangguan bipolar, gangguan skizoafektif memerlukan perhatian khusus karena sifatnya yang kronis dan sering disalahpahami. Pemahaman tentang gejala, penyebab, dan cara penanganannya sangat penting agar penderita dapat menjalani hidup yang lebih stabil dan produktif.


Apa Itu Gangguan Skizoafektif?

Gangguan skizoafektif merupakan kondisi kejiwaan yang ditandai oleh kombinasi gejala psikotik seperti halusinasi dan delusi (seperti pada skizofrenia), bersamaan dengan perubahan suasana hati ekstrem seperti depresi berat atau episode mania.

Penyakit ini termasuk dalam kategori gangguan psikotik menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association (APA). Meski memiliki kesamaan dengan skizofrenia dan gangguan bipolar, skizoafektif berdiri sebagai diagnosis tersendiri karena melibatkan dua aspek utama secara bersamaan: psikosis dan gangguan mood.


BACA JUGA : Skizofrenia: Memahami Gangguan Mental yang Kompleks

Jenis-Jenis Gangguan Skizoafektif

Gangguan skizoafektif dibagi menjadi dua jenis utama berdasarkan suasana hati yang dominan selama episode penyakit berlangsung:

  1. Tipe Bipolar
    Ditandai dengan adanya episode mania (perasaan euforia ekstrem, peningkatan energi, dan perilaku impulsif) yang bisa disertai dengan episode depresi. Penderitanya mungkin juga mengalami gejala psikotik seperti mendengar suara atau memiliki keyakinan yang tidak realistis.
  2. Tipe Depresif
    Didominasi oleh episode depresi berat tanpa adanya mania. Gejala yang umum meliputi kesedihan mendalam, kehilangan minat, kelelahan, dan pikiran untuk menyakiti diri sendiri.


Gejala Gangguan Skizoafektif

Gejala gangguan skizoafektif bervariasi antar individu, namun biasanya merupakan kombinasi antara gejala skizofrenia dan gangguan suasana hati. Berikut beberapa di antaranya:

1. Gejala Psikotik (seperti skizofrenia):

  • Halusinasi (mendengar atau melihat sesuatu yang tidak nyata).
  • Delusi atau keyakinan yang salah dan sulit diubah.
  • Pikiran yang kacau dan sulit berkonsentrasi.
  • Perilaku tidak teratur atau tidak sesuai konteks sosial.

2. Gejala Mood (gangguan suasana hati):

  • Episode mania: merasa terlalu bahagia, percaya diri berlebihan, berbicara cepat, atau melakukan tindakan berisiko.
  • Episode depresi: merasa sedih mendalam, kehilangan energi, menarik diri dari lingkungan sosial, atau memiliki pikiran negatif ekstrem.

3. Gejala Lain:

  • Gangguan tidur, seperti insomnia atau tidur berlebihan.
  • Penurunan kemampuan bekerja dan berinteraksi sosial.
  • Perubahan nafsu makan dan berat badan.
  • Sulit mengatur emosi dan respons terhadap stres.

Agar bisa dikategorikan sebagai gangguan skizoafektif, gejala psikotik harus muncul setidaknya selama dua minggu tanpa disertai perubahan mood yang ekstrem. Ini membedakannya dari gangguan bipolar dengan gejala psikotik.


Penyebab Gangguan Skizoafektif

Hingga kini, penyebab pasti gangguan skizoafektif belum sepenuhnya diketahui. Namun, para ahli percaya bahwa kombinasi faktor biologis, genetik, dan lingkungan berperan penting.

Beberapa faktor yang mungkin berkontribusi antara lain:

  1. Faktor Genetik
    Risiko gangguan ini meningkat jika ada anggota keluarga dengan riwayat skizofrenia, gangguan bipolar, atau depresi berat.
  2. Ketidakseimbangan Kimia Otak
    Gangguan pada neurotransmitter seperti dopamin dan serotonin dapat memengaruhi suasana hati dan persepsi realitas seseorang.
  3. Stres dan Trauma Emosional
    Peristiwa traumatis seperti kehilangan orang terdekat, kekerasan, atau tekanan hidup berat dapat memicu gejala pada individu yang rentan.
  4. Faktor Lingkungan dan Pola Hidup
    Penggunaan zat psikoaktif (seperti obat-obatan terlarang), kurang tidur, atau tekanan sosial juga dapat memperparah kondisi ini.


Diagnosis Gangguan Skizoafektif

Proses diagnosis gangguan skizoafektif dilakukan oleh psikiater melalui wawancara klinis mendalam, observasi perilaku, dan evaluasi riwayat medis pasien.

Psikiater biasanya akan:

  • Menilai gejala psikotik dan mood secara terpisah.
  • Melakukan tes laboratorium untuk menyingkirkan gangguan fisik atau efek obat.
  • Menggunakan panduan DSM-5 sebagai dasar penilaian.

Diagnosis ini memerlukan waktu dan pengamatan yang cermat, karena gejalanya bisa mirip dengan gangguan bipolar atau skizofrenia murni.


Penanganan Gangguan Skizoafektif

Gangguan skizoafektif bersifat kronis, tetapi dengan perawatan yang tepat, penderita dapat menjalani kehidupan yang stabil. Pendekatan pengobatan biasanya mencakup kombinasi obat-obatan, terapi psikologis, dan dukungan sosial.

1. Pengobatan dengan Obat

Psikiater dapat meresepkan:

  • Antipsikotik untuk mengendalikan halusinasi dan delusi.
  • Antidepresan untuk mengatasi gejala depresi.
  • Stabilisator suasana hati (seperti lithium) untuk menyeimbangkan emosi pada tipe bipolar.

2. Terapi Psikologis

Terapi seperti Cognitive Behavioral Therapy (CBT) membantu penderita memahami pola pikir negatif dan mengembangkan cara berpikir yang lebih realistis.

Selain itu, terapi kelompok dan keluarga juga bermanfaat untuk meningkatkan komunikasi, pemahaman, dan dukungan terhadap penderita.

3. Dukungan Sosial dan Gaya Hidup Sehat

Keluarga memiliki peran penting dalam proses pemulihan. Dukungan emosional, rutinitas yang teratur, olahraga, serta pola makan sehat dapat membantu menjaga kestabilan mental penderita.


Prognosis dan Kehidupan dengan Gangguan Skizoafektif

Dengan perawatan jangka panjang dan dukungan yang konsisten, banyak penderita gangguan skizoafektif yang dapat hidup produktif, bekerja, dan berinteraksi sosial secara normal. Namun, pengobatan tidak boleh dihentikan tanpa pengawasan dokter karena gejala bisa kambuh.

Kesadaran masyarakat tentang gangguan ini sangat penting untuk menghilangkan stigma terhadap penderita gangguan jiwa. Pemahaman dan empati membantu mereka merasa diterima dan termotivasi untuk terus menjalani pengobatan.


Kesimpulan

Gangguan skizoafektif adalah kondisi mental yang kompleks karena menggabungkan gejala psikotik dan gangguan suasana hati. Meski bersifat kronis, kondisi ini bisa dikelola dengan baik melalui kombinasi pengobatan medis, terapi psikologis, dan dukungan keluarga.

Penting bagi masyarakat untuk memahami bahwa penderita gangguan skizoafektif bukanlah orang lemah, melainkan individu yang membutuhkan dukungan, pemahaman, dan kesempatan untuk sembuh serta menjalani kehidupan yang bermakna.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %