St-bellarminus.sch.id – Bulimia nervosa adalah gangguan makan serius yang memengaruhi fisik dan mental, ditandai dengan perilaku makan berlebihan lalu memuntahkan makanan.
Apa Itu Bulimia Nervosa?
Bulimia nervosa adalah salah satu jenis gangguan makan yang ditandai oleh pola makan berlebihan (binge eating) yang diikuti oleh perilaku kompensasi untuk mencegah penambahan berat badan, seperti memuntahkan makanan, berpuasa ekstrem, atau berolahraga berlebihan.
Gangguan ini tidak hanya berdampak pada tubuh, tetapi juga pada kondisi psikologis penderitanya. Orang dengan bulimia biasanya memiliki ketakutan berlebih terhadap kenaikan berat badan, meskipun berat badannya tergolong normal atau bahkan kurang.
Bulimia sering kali tidak disadari oleh lingkungan sekitar karena penderitanya tampak “baik-baik saja” secara fisik. Namun di balik itu, mereka mengalami pergolakan emosional dan rasa bersalah yang mendalam setiap kali makan.
BACA JUGA : Hobi Traveling Bersama Komunitas Backpacker Menginspirasi
Ciri dan Gejala Bulimia Nervosa
Bulimia dapat dikenali dari dua jenis gejala: fisik dan perilaku. Meskipun setiap individu mungkin menampilkan tanda yang berbeda, beberapa gejala umum yang sering ditemukan adalah sebagai berikut:
1. Gejala Perilaku dan Emosional
- Makan dalam jumlah besar dalam waktu singkat (binge eating).
- Merasa kehilangan kendali saat makan, seolah tidak bisa berhenti.
- Sengaja memuntahkan makanan setelah makan.
- Menggunakan obat pencahar, diuretik, atau suplemen penurun berat badan secara berlebihan.
- Sering berolahraga secara ekstrem setelah makan.
- Sangat memperhatikan bentuk tubuh dan berat badan.
- Merasa bersalah, malu, atau cemas setelah makan.
- Menyembunyikan makanan atau makan diam-diam.
2. Gejala Fisik
- Pembengkakan pada wajah atau pipi akibat kelenjar air liur membesar.
- Sakit tenggorokan kronis atau gigi terkikis karena asam lambung.
- Masalah pencernaan seperti perut kembung, sembelit, atau nyeri perut.
- Berat badan yang naik-turun drastis.
- Kelelahan, pusing, dan dehidrasi akibat kehilangan cairan tubuh.
Jika gejala-gejala tersebut dibiarkan tanpa penanganan, bulimia dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk gangguan jantung, kerusakan organ, dan gangguan elektrolit yang dapat mengancam nyawa.
Penyebab Bulimia Nervosa
Bulimia bukan disebabkan oleh satu faktor tunggal, melainkan kombinasi biologis, psikologis, dan sosial. Berikut penjelasannya:
1. Faktor Biologis
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ketidakseimbangan zat kimia di otak (neurotransmiter) seperti serotonin dapat memengaruhi perilaku makan dan suasana hati. Riwayat keluarga dengan gangguan makan juga meningkatkan risiko seseorang mengalami bulimia.
2. Faktor Psikologis
Orang dengan bulimia sering kali memiliki harga diri rendah, rasa tidak puas terhadap tubuh, dan perfeksionisme berlebih. Tekanan emosional, trauma masa lalu, atau stres berkepanjangan juga dapat menjadi pemicu.
3. Faktor Sosial dan Budaya
Lingkungan sosial yang menekankan standar kecantikan berlebihan — seperti tubuh langsing dan wajah ideal — sering kali memicu individu, terutama remaja perempuan, untuk mengejar bentuk tubuh sempurna. Media sosial dan tekanan teman sebaya juga turut memperburuk persepsi diri.
Dampak Bulimia terhadap Kesehatan
Bulimia tidak hanya memengaruhi kondisi mental, tetapi juga menimbulkan dampak serius pada kesehatan fisik. Berikut beberapa efek jangka panjang yang dapat terjadi:
- Kerusakan gigi dan gusi akibat asam lambung dari muntahan.
- Gangguan pencernaan kronis seperti radang tenggorokan, maag, dan kerusakan esofagus.
- Gangguan elektrolit tubuh, menyebabkan detak jantung tidak teratur atau bahkan gagal jantung.
- Masalah reproduksi, termasuk gangguan menstruasi atau infertilitas.
- Gangguan mental lain, seperti depresi, kecemasan, dan penyalahgunaan zat.
Tanpa perawatan yang tepat, bulimia bisa menjadi gangguan kronis yang sulit disembuhkan sepenuhnya. Oleh karena itu, deteksi dini dan dukungan sosial sangat penting dalam proses pemulihan.
Cara Mengatasi Bulimia Nervosa
Mengatasi bulimia membutuhkan pendekatan multidisipliner, melibatkan dokter, psikolog, ahli gizi, dan dukungan keluarga. Berikut langkah-langkah yang umumnya dilakukan:
1. Terapi Psikologis (Psikoterapi)
Terapi ini membantu penderita memahami akar penyebab emosional dan memperbaiki pola pikir yang salah tentang makanan dan tubuh.
Beberapa jenis terapi yang efektif:
- Cognitive Behavioral Therapy (CBT): membantu mengubah kebiasaan makan dan cara berpikir negatif.
- Interpersonal Therapy (IPT): fokus pada hubungan sosial dan emosional yang memengaruhi perilaku makan.
- Family-Based Therapy (FBT): melibatkan keluarga untuk mendukung proses penyembuhan.
2. Konseling Gizi
Ahli gizi akan membantu penderita belajar mengatur pola makan seimbang dan membangun kembali hubungan yang sehat dengan makanan. Tujuannya bukan untuk membatasi, melainkan untuk memahami kebutuhan tubuh secara realistis.
3. Pengobatan Medis
Dalam beberapa kasus, dokter mungkin meresepkan antidepresan (seperti fluoxetine) untuk membantu menstabilkan mood dan mengurangi perilaku kompulsif. Namun, obat hanya berfungsi sebagai pendukung terapi psikologis, bukan solusi tunggal.
4. Dukungan Sosial dan Keluarga
Keluarga dan teman berperan penting dalam proses pemulihan. Dukungan emosional, mendengarkan tanpa menghakimi, serta menciptakan lingkungan positif sangat membantu penderita merasa diterima dan termotivasi untuk sembuh.
Pencegahan Bulimia Nervosa
Meskipun tidak semua kasus bisa dicegah, ada beberapa langkah yang dapat mengurangi risiko seseorang mengalami bulimia:
- Bangun pola makan sehat dan fleksibel, tanpa diet ekstrem.
- Ajarkan anak untuk mencintai tubuh apa adanya sejak dini.
- Hindari komentar negatif tentang bentuk tubuh atau berat badan.
- Batasi konsumsi konten media yang mempromosikan standar kecantikan tidak realistis.
- Segera cari bantuan profesional jika muncul tanda-tanda gangguan makan.
Pencegahan dimulai dari penerimaan diri dan pola pikir sehat tentang tubuh serta makanan.
Penutup
Bulimia nervosa adalah gangguan makan yang serius dan membutuhkan perhatian khusus. Kondisi ini tidak hanya tentang makan berlebihan atau keinginan untuk kurus, melainkan perjuangan emosional yang mendalam antara rasa takut, bersalah, dan kehilangan kendali.Dengan dukungan keluarga, terapi psikologis, serta edukasi tentang pola hidup sehat, penderita bulimia memiliki kesempatan besar untuk pulih. Yang terpenting, masyarakat perlu memahami bahwa gangguan makan bukan tanda kelemahan, tetapi penyakit yang bisa disembuhkan dengan empati dan penanganan yang tepat.


