Anoreksia Nervosa
Kesehatan - Kesehatan Mental

Anoreksia Nervosa: Penyakit Gangguan Makan yang Diwaspadai

0 0
Read Time:4 Minute, 27 Second

St-bellarminus.sch.idAnoreksia nervosa adalah gangguan makan serius yang memengaruhi fisik dan mental akibat ketakutan berlebihan terhadap kenaikan berat badan.

Apa Itu Anoreksia Nervosa?

Anoreksia nervosa merupakan salah satu gangguan makan yang paling serius dan berbahaya, ditandai oleh keinginan ekstrem untuk menurunkan berat badan serta ketakutan berlebihan terhadap kegemukan.
Penderita anoreksia biasanya memiliki citra tubuh yang terdistorsi, artinya mereka merasa gemuk meskipun sebenarnya sudah sangat kurus.

Kondisi ini bukan sekadar masalah pola makan, tetapi juga melibatkan aspek psikologis dan emosional yang mendalam.
Seseorang dengan anoreksia sering kali menolak makan, membatasi kalori secara ekstrem, atau melakukan olahraga berlebihan untuk menjaga berat badan tetap rendah.

Jika tidak ditangani dengan tepat, anoreksia dapat menyebabkan komplikasi kesehatan serius, bahkan mengancam jiwa.


BACA JUGA : Rahasia Menata Ruang Tamu Sempit Agar Terlihat Luas

Penyebab Anoreksia Nervosa

Penyebab anoreksia tidak tunggal. Kondisi ini muncul karena interaksi kompleks antara faktor biologis, psikologis, dan sosial.

  1. Faktor Biologis:
    Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ketidakseimbangan kimia otak, khususnya pada neurotransmiter seperti serotonin dan dopamin, dapat memengaruhi suasana hati serta persepsi terhadap makan dan berat badan.
    Selain itu, faktor genetik juga dapat berperan. Seseorang yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat gangguan makan berisiko lebih tinggi mengalami anoreksia.
  2. Faktor Psikologis:
    Individu dengan perfeksionisme tinggi, kecemasan berlebih, atau rendah diri cenderung lebih rentan terhadap gangguan ini.
    Mereka sering kali menilai diri berdasarkan berat badan dan penampilan fisik, bukan prestasi atau kualitas pribadi lainnya.
  3. Faktor Sosial dan Budaya:
    Tekanan sosial, terutama dari media dan lingkungan yang mengagungkan tubuh kurus sebagai standar kecantikan, turut memperburuk kondisi ini.
    Dalam era digital, citra tubuh “ideal” yang ditampilkan di media sosial sering menjadi pemicu rendahnya kepercayaan diri dan munculnya perilaku ekstrem dalam menjaga bentuk tubuh.


Gejala-Gejala Anoreksia Nervosa

Anoreksia memiliki tanda-tanda yang dapat dikenali baik secara fisik maupun perilaku.

1. Gejala Fisik Anoreksia Nervosa:

  • Penurunan berat badan drastis dan di bawah batas normal.
  • Kelelahan ekstrem dan tubuh terasa lemah.
  • Kulit kering, rambut rontok, dan kuku rapuh.
  • Gangguan menstruasi (pada wanita) atau bahkan berhenti sama sekali.
  • Tekanan darah rendah dan detak jantung melambat.
  • Sensitif terhadap suhu dingin akibat rendahnya lemak tubuh.

2. Gejala Psikologis dan Perilaku:

  • Takut berlebihan terhadap kenaikan berat badan meskipun tubuh sudah kurus.
  • Menghindari makan di depan orang lain.
  • Sering menimbang berat badan dan menghitung kalori secara obsesif.
  • Olahraga berlebihan meskipun dalam kondisi lemah.
  • Menganggap diri “gemuk” padahal secara medis tergolong kurus.
  • Menolak makan makanan tertentu dengan alasan ingin “lebih sehat.”

Gejala-gejala tersebut dapat berkembang perlahan dan sering kali tidak disadari oleh keluarga atau orang sekitar sampai kondisinya cukup parah.


Dampak Anoreksia terhadap Kesehatan

Dampak anoreksia tidak hanya memengaruhi berat badan, tetapi juga seluruh sistem tubuh.

  1. Sistem Kardiovaskular:
    Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan aritmia (gangguan irama jantung), tekanan darah rendah, bahkan gagal jantung.
  2. Sistem Pencernaan:
    Penderita anoreksia kerap mengalami sembelit, perut kembung, dan nyeri lambung akibat lambatnya metabolisme tubuh.
  3. Sistem Reproduksi:
    Pada wanita, penurunan berat badan ekstrem dapat menghentikan siklus menstruasi dan menyebabkan ketidaksuburan.
  4. Sistem Saraf:
    Otak kekurangan energi sehingga menyebabkan kesulitan konsentrasi, pusing, atau gangguan tidur.
  5. Kesehatan Mental:
    Anoreksia sering kali berjalan berdampingan dengan depresi, gangguan kecemasan, dan rasa bersalah berlebihan.
    Dalam kasus berat, penderita bisa mengalami pikiran untuk menyakiti diri sendiri.


Diagnosis dan Penanganan

Untuk mendiagnosis anoreksia, tenaga medis akan melakukan evaluasi menyeluruh meliputi pemeriksaan fisik, tes laboratorium, serta penilaian psikologis.
Diagnosis tidak hanya didasarkan pada berat badan, tetapi juga pola pikir dan perilaku terhadap makan dan citra tubuh.

1. Terapi Psikologis:

Terapi menjadi langkah utama dalam mengatasi anoreksia. Jenis terapi yang umum digunakan antara lain:

  • Cognitive Behavioral Therapy (CBT): Membantu penderita mengenali dan mengubah pola pikir negatif terhadap tubuh dan makanan.
  • Family-Based Therapy (FBT): Melibatkan keluarga dalam proses pemulihan, terutama untuk pasien remaja.
  • Terapi interpersonal: Fokus pada peningkatan hubungan sosial dan kepercayaan diri penderita.

2. Penanganan Medis dan Nutrisi:

Pasien dengan anoreksia berat biasanya memerlukan rehabilitasi nutrisi di bawah pengawasan dokter dan ahli gizi.
Tujuannya adalah untuk mengembalikan berat badan ke level sehat tanpa memicu stres psikologis.

Dalam beberapa kasus, obat antidepresan atau antiansietas juga dapat diberikan untuk membantu mengatasi gejala emosional yang menyertai.

3. Dukungan Sosial dan Lingkungan:

Lingkungan yang suportif sangat penting dalam proses pemulihan.
Keluarga dan teman sebaiknya tidak menilai atau mengkritik penampilan, melainkan memberi dukungan emosional agar penderita merasa aman untuk terbuka dan menjalani perawatan.


Pencegahan dan Edukasi

Pencegahan anoreksia dimulai dari pendidikan mengenai citra tubuh yang sehat dan penerimaan diri.
Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:

  • Menanamkan nilai kecantikan yang beragam, bukan hanya tubuh kurus sebagai standar ideal.
  • Meningkatkan kesadaran akan pola makan seimbang dan pentingnya kesehatan mental.
  • Mengurangi paparan terhadap konten media yang mendorong diet ekstrem atau body shaming.
  • Mendorong komunikasi terbuka di keluarga tentang perasaan, stres, dan tekanan sosial.

Masyarakat juga perlu memahami bahwa anoreksia bukan sekadar pilihan gaya hidup, melainkan gangguan mental serius yang membutuhkan penanganan profesional.


Kesimpulan

Anoreksia nervosa adalah gangguan makan yang kompleks dan berbahaya, melibatkan aspek fisik, psikologis, dan sosial.
Penderitanya mengalami ketakutan mendalam terhadap kenaikan berat badan dan memiliki citra tubuh yang salah.

Dampaknya bisa sangat fatal jika tidak segera diatasi, mulai dari kerusakan organ hingga risiko kematian.
Namun dengan terapi psikologis, dukungan keluarga, dan perawatan medis yang tepat, pemulihan sangat mungkin terjadi.

Yang terpenting, kita semua dapat berperan dengan menciptakan lingkungan yang menghargai keberagaman bentuk tubuh dan kesehatan mental.
Sebab, tubuh yang sehat bukan ditentukan oleh angka di timbangan, melainkan oleh keseimbangan antara pikiran, jiwa, dan gaya hidup yang penuh kasih terhadap diri sendiri.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %