St-bellarminus.sch.id – Binge-Eating Disorder adalah gangguan makan berlebihan yang terkait dengan stres emosional, bukan sekadar nafsu makan besar.
Apa Itu Binge-Eating Disorder?
Binge-Eating Disorder (BED) atau gangguan makan berlebihan adalah kondisi psikologis di mana seseorang makan dalam jumlah sangat besar dalam waktu singkat dan merasa kehilangan kendali atas perilaku makannya. Berbeda dengan bulimia nervosa, penderita BED tidak melakukan tindakan kompensasi seperti memuntahkan makanan atau berpuasa ekstrem setelah makan berlebihan.
Gangguan ini sering kali dikaitkan dengan emosi negatif seperti stres, cemas, atau depresi, di mana makan menjadi pelarian sementara untuk menenangkan diri. Namun, setelah episode makan berlebihan berakhir, penderita biasanya merasa bersalah, malu, dan kecewa pada diri sendiri.
Menurut penelitian psikologi modern, Binge-Eating Disorder merupakan gangguan makan paling umum di dunia, memengaruhi pria dan wanita dari berbagai usia. Meski sering dianggap hanya masalah nafsu makan, kondisi ini sebenarnya adalah penyakit mental yang serius dan memerlukan penanganan profesional.
BACA JUGA : Bulimia Nervosa: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya
Ciri dan Gejala BED
Penderita BED menunjukkan perilaku makan yang tidak wajar dan berulang, sering kali tanpa disadari oleh orang lain. Berikut gejala-gejala umum yang bisa dikenali:
1. Gejala Perilaku dan Emosional
- Makan sangat cepat dalam waktu singkat.
- Makan dalam jumlah besar meski tidak merasa lapar.
- Makan sendirian karena malu dengan jumlah makanan yang dikonsumsi.
- Merasa kehilangan kontrol saat makan dan sulit berhenti.
- Muncul perasaan bersalah, jijik, atau depresi setelah makan.
- Menggunakan makanan untuk mengatasi stres, kesepian, atau emosi negatif lainnya.
2. Gejala Fisik
- Berat badan yang naik secara drastis dalam waktu singkat.
- Obesitas atau kelebihan berat badan tanpa penyebab medis jelas.
- Gangguan tidur akibat rasa tidak nyaman di perut.
- Masalah pencernaan seperti perut kembung dan sembelit.
Episode makan berlebihan biasanya berlangsung setidaknya satu kali seminggu selama tiga bulan untuk bisa dikategorikan sebagai gangguan makan menurut panduan medis (DSM-5).
Penyebab Binge-Eating Disorder
Binge-Eating Disorder memiliki penyebab yang kompleks dan melibatkan faktor biologis, psikologis, serta sosial. Berikut beberapa penyebab utama:
1. Faktor Biologis
- Ketidakseimbangan zat kimia di otak, khususnya serotonin dan dopamin, yang memengaruhi nafsu makan dan emosi.
- Genetik atau riwayat keluarga dengan gangguan makan atau obesitas.
- Gangguan hormon yang memengaruhi sinyal lapar dan kenyang.
2. Faktor Psikologis
- Stres emosional dan trauma masa lalu, seperti pelecehan atau kehilangan orang tercinta.
- Harga diri rendah dan citra tubuh negatif.
- Gangguan kecemasan, depresi, atau PTSD (post-traumatic stress disorder).
3. Faktor Sosial dan Lingkungan
- Tekanan sosial untuk memiliki tubuh ideal.
- Pola makan yang tidak teratur akibat diet ekstrem.
- Pengaruh media sosial dan iklan makanan cepat saji yang menggoda.
Dampak Binge-Eating Disorder pada Kesehatan
BED bukan hanya memengaruhi berat badan, tetapi juga berdampak besar pada kesehatan fisik dan mental.
1. Dampak Fisik
- Obesitas dan komplikasi seperti diabetes tipe 2, hipertensi, kolesterol tinggi, serta penyakit jantung.
- Masalah pencernaan seperti maag, gangguan lambung, dan sembelit kronis.
- Gangguan tidur, termasuk sleep apnea akibat berat badan berlebih.
2. Dampak Psikologis
- Perasaan bersalah, malu, dan rendah diri yang berujung pada depresi.
- Ketergantungan emosional pada makanan sebagai pelarian stres.
- Isolasi sosial karena takut dinilai oleh orang lain.
Tanpa penanganan, penderita BED bisa mengalami penurunan kualitas hidup yang signifikan, termasuk gangguan produktivitas dan hubungan sosial.
Cara Mengatasi Binge-Eating Disorder
Penanganan Binge-Eating Disorder harus dilakukan secara menyeluruh, melibatkan terapi psikologis, edukasi gizi, dan dukungan sosial.
1. Terapi Psikologis
Pendekatan psikoterapi terbukti paling efektif dalam mengatasi gangguan makan berlebihan.
- Cognitive Behavioral Therapy (CBT): Membantu penderita mengenali dan mengubah pola pikir negatif tentang makanan dan tubuh.
- Dialectical Behavior Therapy (DBT): Mengajarkan cara mengelola emosi dengan sehat tanpa bergantung pada makanan.
- Interpersonal Therapy (IPT): Fokus pada hubungan sosial yang mungkin menjadi pemicu stres atau makan berlebihan.
2. Konseling Gizi dan Pola Makan
Ahli gizi membantu penderita membangun hubungan yang sehat dengan makanan, termasuk:
- Menyusun jadwal makan teratur dengan porsi seimbang.
- Memperkenalkan konsep makan sadar (mindful eating) agar tubuh dapat mengenali sinyal lapar dan kenyang secara alami.
- Menghindari diet ekstrem yang justru memicu keinginan makan berlebihan.
3. Pengobatan Medis
Dalam beberapa kasus, dokter dapat meresepkan obat antidepresan atau pengatur suasana hati untuk membantu menstabilkan emosi dan mengontrol dorongan makan. Namun, pengobatan medis sebaiknya dilakukan bersamaan dengan terapi psikologis agar hasilnya lebih optimal.
4. Dukungan Keluarga dan Lingkungan
Keluarga memegang peran penting dalam proses pemulihan. Dengan memberikan dukungan emosional tanpa menghakimi, penderita merasa lebih aman dan termotivasi untuk mengubah kebiasaan. Bergabung dengan kelompok dukungan (support group) juga dapat membantu penderita merasa tidak sendirian dalam perjuangan melawan gangguan ini.
Pencegahan Binge-Eating Disorder
Pencegahan dimulai dengan edukasi tentang pola makan sehat dan penerimaan diri. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:
- Menghindari pola diet ketat yang membuat tubuh kelaparan.
- Belajar mengelola stres tanpa melibatkan makanan, seperti meditasi atau olahraga ringan.
- Mengembangkan citra tubuh positif dengan menghargai tubuh apa adanya.
- Membatasi paparan media yang mempromosikan standar kecantikan tidak realistis.
- Segera mencari bantuan profesional jika mulai kehilangan kontrol terhadap kebiasaan makan.
Dengan kesadaran sejak dini, risiko terjadinya BED dapat ditekan dan kualitas hidup dapat meningkat.
Penutup
Binge-Eating Disorder bukan sekadar masalah makan berlebihan, melainkan gangguan mental yang memerlukan perhatian dan empati. Kondisi ini sering muncul karena tekanan emosional yang tidak tersalurkan dengan sehat.Dengan terapi psikologis, dukungan keluarga, serta perubahan pola hidup yang positif, penderita dapat memulihkan keseimbangan antara tubuh, pikiran, dan perasaan. Yang terpenting, jangan menghakimi — karena setiap perjuangan melawan gangguan mental membutuhkan kesabaran, cinta diri, dan lingkungan yang mendukung.



