St-bellarminus.sch.id – Cyclothymic Disorder adalah gangguan suasana hati kronis dengan perubahan mood ringan antara hipomania dan depresi yang sering diabaikan.
Dalam dunia kesehatan mental, bipolar disorder sering menjadi sorotan karena perubahan suasana hatinya yang ekstrem.
Namun, di antara spektrum gangguan mood tersebut, terdapat kondisi yang lebih ringan tetapi kronis, yaitu Cyclothymic Disorder atau gangguan siklotimik.
Meski tidak seintens gangguan bipolar, Cyclothymic Disorder dapat berdampak besar pada kehidupan seseorang jika tidak dikenali dan ditangani dengan tepat.
Artikel ini akan membahas secara lengkap tentang pengertian, gejala, penyebab, diagnosis, hingga penanganan gangguan ini.
Apa Itu Cyclothymic Disorder?
Cyclothymic Disorder adalah jenis gangguan mood kronis yang ditandai oleh fluktuasi suasana hati antara periode hipomania ringan dan depresi ringan.
Kondisi ini berlangsung lama — biasanya setidaknya dua tahun pada orang dewasa atau satu tahun pada anak-anak dan remaja.
Berbeda dengan bipolar disorder tipe I atau II, perubahan mood pada Cyclothymic Disorder tidak sampai mengganggu fungsi sosial secara ekstrem atau membutuhkan perawatan rumah sakit.
Namun, karena berlangsung dalam jangka panjang, gangguan ini tetap bisa mengganggu stabilitas emosi, produktivitas, dan hubungan sosial seseorang.
Dalam istilah sederhana, Cyclothymic Disorder bisa diibaratkan sebagai versi “ringan” dari bipolar disorder, tetapi dengan pola yang lebih kronis dan berulang.
BACA JUGA : Fotografi Alam: Membawa Kita Dekat dengan Lingkungan
Gejala Cyclothymic Disorder
Orang dengan Cyclothymic Disorder mengalami naik-turun suasana hati yang terus berulang dalam jangka panjang.
Mereka bisa merasa sangat berenergi dan optimistis pada satu waktu, lalu mengalami periode sedih, lelah, dan pesimistis di waktu lain.
Berikut rincian dua fase utama yang dialami:
1. Fase Hipomania Ringan
Pada fase ini, individu menunjukkan peningkatan energi, suasana hati cerah, dan rasa percaya diri tinggi, tetapi tidak sampai menyebabkan perilaku ekstrem.
Beberapa gejalanya meliputi:
- Merasa lebih bahagia atau euforia dari biasanya.
- Bicara lebih cepat atau banyak ide muncul bersamaan.
- Tidur lebih sedikit tetapi tetap merasa berenergi.
- Menjadi lebih aktif, produktif, dan impulsif.
- Mudah tersinggung bila dihambat atau dikritik.
Meskipun tampak positif, fase ini bisa menyebabkan seseorang bertindak tergesa-gesa atau membuat keputusan berisiko tanpa pertimbangan matang.
2. Fase Depresi Ringan
Setelah masa hipomania berlalu, individu dapat memasuki periode depresi ringan yang membuat aktivitas harian terasa berat.
Gejalanya antara lain:
- Merasa sedih, hampa, atau tidak bersemangat.
- Kehilangan minat terhadap hal-hal yang biasanya disukai.
- Gangguan tidur (insomnia atau tidur berlebihan).
- Perubahan nafsu makan dan berat badan.
- Konsentrasi menurun, mudah lelah, dan merasa tidak berharga.
Meski tidak seberat depresi mayor, kondisi ini dapat menurunkan motivasi dan kualitas hidup seseorang secara signifikan.
Penyebab Cyclothymic Disorder
Penyebab pasti gangguan ini belum sepenuhnya dipahami, tetapi penelitian menunjukkan bahwa faktor biologis, genetik, dan lingkungan berperan penting.
1. Faktor Genetik
Cyclothymic Disorder sering ditemukan dalam keluarga dengan riwayat bipolar disorder atau gangguan mood lainnya.
Artinya, faktor keturunan dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami gangguan ini.
2. Ketidakseimbangan Kimia Otak
Perubahan kadar neurotransmitter seperti serotonin, dopamin, dan norepinefrin diyakini berkontribusi pada fluktuasi suasana hati.
3. Stres dan Trauma Emosional
Peristiwa hidup yang penuh tekanan — seperti kehilangan, perceraian, atau pengalaman traumatis di masa kecil — bisa memicu atau memperparah gangguan ini.
4. Pola Tidur dan Gaya Hidup
Kurang tidur, kebiasaan makan tidak sehat, atau penggunaan zat seperti alkohol dan kafein berlebihan dapat memperburuk gejala.
Dampak Cyclothymic Disorder terhadap Kehidupan
Walau tampak ringan dibanding bipolar disorder, Cyclothymic Disorder bisa mempengaruhi banyak aspek kehidupan seseorang, antara lain:
- Hubungan interpersonal menjadi tidak stabil karena perubahan mood yang sulit diprediksi.
- Kinerja pekerjaan atau akademik terganggu akibat kesulitan fokus dan perubahan energi drastis.
- Gangguan tidur kronis yang menyebabkan kelelahan fisik dan emosional.
- Risiko berkembang menjadi bipolar disorder jika tidak ditangani secara tepat.
Banyak penderita gangguan ini tidak menyadari bahwa mereka mengalami kondisi medis, karena fluktuasi suasana hati sering dianggap “karakter alami.”
Akibatnya, mereka jarang mencari bantuan profesional hingga gejala memburuk.
Diagnosis Cyclothymic Disorder
Untuk menegakkan diagnosis, psikolog atau psikiater akan melakukan wawancara mendalam dan pemeriksaan klinis berdasarkan pedoman DSM-5 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders).
Kriteria diagnosis mencakup:
- Perubahan mood antara hipomania ringan dan depresi ringan selama minimal dua tahun berturut-turut.
- Tidak ada periode bebas gejala lebih dari dua bulan.
- Tidak memenuhi kriteria untuk bipolar disorder tipe I atau II maupun depresi mayor.
- Gejala menyebabkan gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau kehidupan sehari-hari.
Selain itu, dokter juga dapat melakukan tes laboratorium atau evaluasi medis untuk menyingkirkan kemungkinan gangguan fisik lain yang bisa menyebabkan perubahan suasana hati.
Penanganan dan Terapi Cyclothymic Disorder
Meskipun tidak bisa “disembuhkan sepenuhnya,” gejala Cyclothymic Disorder dapat dikendalikan dengan terapi yang tepat agar penderitanya dapat hidup produktif dan seimbang.
Beberapa metode pengobatan yang umum digunakan antara lain:
1. Terapi Psikologis
- Cognitive Behavioral Therapy (CBT): membantu penderita mengenali pola pikir negatif dan mengubahnya menjadi perilaku yang lebih sehat.
- Interpersonal Therapy (IPT): fokus pada peningkatan hubungan sosial dan pengelolaan stres.
- Psychoeducation: memberikan pemahaman tentang penyakit agar penderita bisa mengenali tanda-tanda perubahan mood lebih awal.
2. Obat-obatan
Dalam beberapa kasus, dokter mungkin meresepkan:
- Mood stabilizer seperti lithium atau lamotrigine untuk menstabilkan suasana hati.
- Antidepresan atau antipsikotik ringan, tergantung kondisi dan respons pasien.
Penggunaan obat harus di bawah pengawasan psikiater, karena pemakaian sembarangan dapat memicu fase hipomania.
3. Perubahan Gaya Hidup
- Menjaga pola tidur teratur dan cukup.
- Mengonsumsi makanan bergizi seimbang untuk mendukung fungsi otak.
- Berolahraga secara rutin untuk membantu keseimbangan hormon dan suasana hati.
- Menghindari alkohol, kafein berlebih, dan obat-obatan terlarang.
Dengan pengelolaan yang baik, penderita Cyclothymic Disorder bisa menjalani hidup normal, produktif, dan stabil secara emosional.
Peran Dukungan Sosial dan Keluarga
Keluarga dan lingkungan terdekat memegang peran besar dalam pemulihan.
Dukungan emosional, pemahaman, dan komunikasi terbuka dapat membantu penderita mengatasi rasa cemas dan kesepian.
Keluarga juga perlu belajar mengenali tanda-tanda perubahan mood, agar dapat memberikan bantuan tepat waktu dan mendorong penderita untuk tetap menjalani perawatan profesional.
Kesimpulan
Cyclothymic Disorder adalah gangguan suasana hati kronis yang ditandai oleh fluktuasi ringan antara fase hipomania dan depresi.
Meskipun tampak ringan, gangguan ini dapat mengganggu kehidupan sehari-hari dan berisiko berkembang menjadi bipolar disorder jika tidak ditangani.
Dengan kombinasi terapi psikologis, pengobatan medis, serta dukungan sosial, penderita dapat mencapai keseimbangan emosional dan kualitas hidup yang lebih baik.
Kunci utama adalah kesadaran dan deteksi dini, karena memahami diri sendiri adalah langkah pertama menuju kesehatan mental yang sejati.



